www.ruslantara06@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS


Nama: rusan                           
Keas : A
Nim : D12010319

Contoh Difusi Inovasi

1.  Penyebaran Jagung Hibrida di Iowa
Inovasi jagung hibrida merupakan salah satu teknologi baru pertanian yang paling penting ketika diperkenalkan kepada masyarakat Iowa pada tahun 1928, dan ia mengantarkan keseluruhan perangkat inovasi pertanian di tahun 1930-1950an yang merupakan “revolusi pertanian dalam produktifitas ladang”. Bibit hibrida dikembangkan oleh para ilmuwan pertanian di Iowa State University dan beberapa universitas lainnya.Penyebaran bibit hibrida terutama dipromosikan oleh lembaga penyuluhan pertanian dan oleh pedagang bahan-bahan pertanian.Panen jagung hibrida lebih banyak 20% per-area dari pada jenis jagung biasa, lebih tahan hidup di musim kering serta lebih cocok dipanen dengan alat pemetik mekanik. Tetapi bibit itu akan hilang keunggulannya setelah generasi pertama, sehingga petani harus selalu membeli bibit setiap tahun. Semula mereka telah menyimpan bibit yang mereka pilih dari jagung tanaman mereka.sendiri yang tampaknya bagus. Dengan demikian pengadopsian jagung hibrida.mengharuskan para petani mengadakan perubahan penting dalam tatacara bertani mereka (dari membuat sendiri bibit menjadi membeli bibit).

Pada tahun 1921, Brice Ryan dan Neal Gross (1943), dua pakar sosiologi pedesaan pada State University mengadakan wawancara pribadi dengan 259 peta­ni yang tinggal di dua komunitas kecil. Masing-masing responden diminta mengingat kapan dan bagaimana mereka mengadopsi jagung hibrida, dan diminta memberi informasi mengenai (karakteristik) diri mereka sendiri dan tata cara bertani mereka.
Hanya 2 dari 259 petani yang belum mengadopsi jagung hibrida antara tahun 1928-1941; satu tingkat pengadopsian yang cukup pesat.Ketika diplot secara kumulatif dari tahun ke tahun, kecepatan adopsi itu berbentuk kurva-S. Pada lima tahun pertama, sampai tahun 1933, hanya 10% petani yang mengadopsi. Kemudian kurva adopsi mulai mengalami kenaikkan sampai mencapai 40% adopsi pada tahun berikutnya (1936).Akhirnya kecepatan adopsi itu mulai menurun dengan sedikitnya petani yang mengadopsi jagung baru itu.Keseluruhan bentuk kurva kecepatan adopsi itu tampak seperti huruf S.
Para petani dibagi menjadi kelompok-kelompok pengguna berdasarkan saat mereka mengadopsi bibit baru itu (Gross 1942).Dibanding dengan petani yang mengadopsi belakangan, para inovator memiliki ladang lebih luas, penghasilan lebih tinggi, dan lebih lama memperoleh pendidikan. Mereka juga lebih kos­mopolitan, jika diukur dengan jumlah perjalanan yang telah mereka lakukan ke Des Moines (kota besar, kira-kira 75 mil dari desa penelitian).
Walaupun jagung hibrida merupakan inovasi yang tingkat keuntungan relatif lebih besar daripada jagung biasa, petani khas daerah itu tidak begitu cepat berubah dari pengetahuan tentang inovasi ke arah pengadopsiannya.Masa pengambilan keputusan inovasi mulai dari pertama kali mengetahui sampai memu­tuskan untuk mengadopsi rata-rata 9 tahun pada semua responden. Suatu penemuan yang memperjelas bahwa proses keputusan inovasi itu bagi kebanyakan pengguna memerlukan pertimbangan yang cukup panjang, walaupun mengenai inovasi yang hasilnya luar biasa. Rata-rata responden memerlukan waktu 3 atau 4 tahun untuk melakukan percobaan dengan menanam sebagian kecil ladangnya, sebelum memakai bibit baru itu untuk seluruh areal ladangnya.
Saluran komunikasi memainkan peran berbeda pada masing-masing tahap proses keputusan inovasi. Para petani setempat pertama kali mendengar bibit ung­gul dari seorang pedagang, tetapi para tetangga merupakan saluran yang sering mengantarkan orang sampai ke tahap persuasi.Pedagang merupakan saluran yang penting pada orang-orang yang mengadopsi lebih awal, sedang tetangga merupakan saluran yang lebih berperan bagi pengguna lambat.
Penemuan Ryan dan Gross (1943) menyarankan pentingnya peran jaringan komunikasi antar pribadi dalam proses difusi suatu inovasi dalam suatu sistem sosial. Pertukaran pengalaman pribadi antar petani mengenai penggunaan jagung hibrida agaknya merupakan inti difusi. Bila pengalaman positif seperti itu teraku­mulasi pada para petani (terutama inovator dan pemuka) dan pengalaman itu dipertukarkan di masyarakat, kecepatan adopsi akan tinggal landas. Ambang ba­tas ini pada kasus Iowa terjadi pada tahun 1935. Setelah titik itu terlampaui, agak­nya mustahil menyetop penyebaran lebih lanjut jagung baru itu.Masyarakat petani sebagai sistem sosial, termasuk jejaring komunikasi yang menghubungkan petani satu dengan lainnya yang ada disitu merupakan unsur penting dalam proses difusi.
Dalam rangka memahami peran jejaringan difusi dan kepemimpinan pen­dapat, Ryan dan Gross (1943) mestinya mengajukan pertanyaan-pertanyaan sosiometrik kepada respondennya, misaInya “dari teman petani siapa anda mem­peroleh informasi mengenai jagung hibrida?”.Rancangan sampel yang terdiri dari keseluruhan warga desa hdrus digunakan agar pertanyaan sosiometrik itu berguna.Tetapi kenyataannya “informasi cukup dikumpulkan dari semua anggota masyarakat seakan-akan mereka responden tak berhubungan dalam suatu sampel acak” (Katz et al, 1963).
Walaupun tanpa data sosiometrik mengenai jaringan difusi, Ryan dan Gross beranggapan bahwa bibit hibrida tersebar dalam dua masyarakat seperti bola salju. Mereka menulis: “Tidak diragukan lagi, bahwa seseorang dalam suatu kedudukan yang saling berhubungan mempengaruhi perilaku teman-temannya. Jadi, keber­hasilan bibit hibrida yang tampak pada beberapa ladang menunjukkan suatu perubahan situasi bagi orang tidak melakukan percobaan.Adalah suatu kenyataan bahwa penerimaan bibit baru oleh beberapa stimulus baru bagi anggota masyarakat lainnya”. Jadi, kedua pakar sosiologi pedesaan itu secara intuitif merasa bahwa apa yang dicari oleh para pengkaji difusi berikutnya secara lebih rinci ada­lah untuk membuktikan bahwa inti proses difusi adalah jaringan antar pribadi antara orang yang telah mengadopsi dengan mereka yang nantinya terpengaruh untuk mengadopsi pula.
Dalam kajiannya tentang ahli sosiologi pedesaan yang meneliti difusi sampai pertengahan tahun 1960an, Crane (1972:74) mengidentifikasi para peneliti yang pertamakali menggunakan konsep dan atau alat metodologi baru dalam pengkajian difusi.Menurut analisisnya, Ryan dan Gross meyumbang 15 dari 18 inovasi intelektual yang digunakan secara luas dalam tradisi penelitian sosiologi pedesaan. Dengan kata lain Ryan dan Gross betul-betul membentuk paradigma difusi klasik.

2.  Masak Air Minum di Pedesaan Nelida, Peru
Lembaga Kesehatan Masyarakat di Peru berusaha memperkenalkan beberapa inovasi kepada penduduk desa untuk meningkatkan kesehatan dan harapan hidup mereka.Lembaga pembaruan itu terkenal di seluruh Amerika Latin karena keberhasilannya; mereka berhasil mendorong penduduk membuat jamban, membakar sampah, mengusir lalat, dan melaporkan adanya kasus-kasus penyakit me­nular, dan memasak air minum. Pembaruan ini berhasil mengubah pikiran dan perilaku penduduk pedesaan Peru yang tidak mengerti apa hubungan sanitasi dengan sakit. Memasak air minum merupakan tindak kesehatan yang pen­ting bagi penduduk desa dan penduduk miskin perkotaan Peru. Bila mereka tidak memasak air minumnya, para pasien yang menderita penyakit menular di Puskesmas sering berobat ulang dalam jangka waktu sebulan karena penyakit yang sama.
Kampanye masak air minum dilancarkan selama dua tahun di Los Molinos, sebuah desa berpenduduk 200 keluarga di perpantaian Peru, hanya mempengaruhi sebelas ibu rungga.Menurut lembaga kesehatan masyarakat itu, Nelida, si petugas kesehatan di desa itu punya tugas sederhana yaitu mengajak para ibu rumah tangga agar terbiasa memasak air minum. Walaupun dibantu seorang dokter yang berceramah u­mum tentang memasak air minum, dan sebelum kampanye telah ada lima belas ibu rumah tangga yang telah biasa masak air minum.

3.  Keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa,` kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia.Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi.Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.

4.  Proses Difusi Inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat cepat.Perubahan social pun juga cepat sekali terjadi dan jarang sekali dapat dicegah.Itu semua disebabkan oleh inovasi, diskoveri, ataupun invensi yang saat ini cepat tumbuh, bermacam-macam dan cepat menyebar karena adanya difusi inovasi.

Pengertian dari difusi inovasi adalah proses komunikasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial) mengenai ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan saluran dan dalam waktu tertentu. Dalam difusi inovasi, ada empat macam strategi yang digunakan yaitu fasilitatif, paksaan, bujukan dan strategi pendidikan. Dalam difusi inovasi KTSP, strategi yang digunakan adalah sebagai berikut:
ü  Strategi Fasilitatif
Stategi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas pendidikan yang dapat memudahkan prosess pembelajaran. Fasilitas pendidikan tersebut dapat berupa pengadaan buku paket online.Siswa maupun guru dapat langsung mendownload buku pelajaran melalui internet secara gratis. Fasilitas lain dapat berupa pemberian OHP dan LCD kepada masing-masing sekolah.
ü  Strategi Pendidikan
Penggunaan strategi pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan terporgram secara sistematis dan mendasar kepada pendidik. Materi pelatihan yang diberikan dapat berupa proses mengembangkan kurikulum dan pelatihan tentang pembelajaran dengan melakukan seminar dan pengenalan dan pelatihan penggunaan KTSP kepada pelaksanaan pendidikan seperti guru, kepala sekolah, kegiatan pelatihan ini meliputi:
·         Manajem`en berbasis sekolah
·         Sosialiasasi KTSP
·         Pengembangan kurikulum
·         Penyusunan draf secara mandiri yang dibimbing oleh pengembang kurikulum daerah.
v  Tugas Agen Pembaharu
Agen pembaharu ini dilakukan oleh perwakilan dari Depdiknas (dewan pendidikan).

Secara umum, tugas agen pembaharu adalah sebagai berikut:
a)       Mensosialisasikan tentang KTSP kepada kepala sekolah di seluruh daerah masing-masing dan cara implementasinya pada proses pembelajaran.
b)       Mendiagnosa masalah yang dihadapi klien/ sasaran sehingga mengapa alternatif yang digunakan itu tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran.
c)        Membangkitkan kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus membantu sasaran atau klien, agar mereka sadar akan perlunya inovasi pendidikan.
Secara khusus, tugas agen pembaharu meliputi:
1)       Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan, maka agen pembaharu harus membuat rancangan kegiatan yang akan dilakukan.yaitu:
ü    Menetapkan kriteria sekolah di daerah yang akan dijadikan model pengembangan KTSP, yang memenuhi syarat baik dari sarana prasarana, SDM atau kesiapan guru dan siswa dalam melaksanakan kurikulum KTSP.
ü    Menetapkan sekolah yang ada didaerah untuk dijadikan sebagai klien atau sasaran agen pembaharu dalam difusi inovasi KTSP.
ü    Menyusun tim pelaksana yang disebut Tim Pengembang KTSP. Tim ini melibatkan guru sekolah yang bersangkutan dan terdapat pengurus di dalamnya serta menetapkan tugas - tugasnya.
ü    Merancang program kegiatan pelatihan proses mengembangkan kurikulum dan pelatihan tentang pembelajaran yang disesuaikan dengan SDM guru yang bersangkutan. Meliputi waktu, tempat , jumlah peserta didik dan rangakaian acara yang akan dijalani.
2)       Pelaksanaan
ü  Membentuk Tim Pengembang KTSP yang terdiri dari dewan pendidikan dan komite sekolah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan, pengurus dari agen pembaharu sebagai pelaksana dan fasilitator. Serta dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
ü  Mengadakan acara seminar atau penyuluhan kepada sekolah-sekolah tentang kurikulum KTSP.
ü  Menyediakan dan menyiapkan tenaga, alat – alat, dan tempat yang digunakan untuk acara pengenalan kurikulum KTSP, Agen pemabaharu harus menyiapkan pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik.
ü  Melaksanakan acara pengenalan KTSP sesuai dengan waktu, tempat, dan rangkaian acara yang telah ditetapakan. Agen pembaharu menerangkan pelatihan-pelatihan tentang KTSP yang kemudian untuk dipraktekkan oleh tenaga pendidk dalam pembuatan kurikulum di sekolah.
ü  Agen pembaharu menyediakan atau memberikan tunjangan kepada sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam proses belajar dan pembelajaran melanjutkan usaha perubahan sosial.
























DAFTAR PUSTAKA


Sa’ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2012.Contoh Inovasi dan Difusi Pendidikan. [Online] Tersedia:
2012. Materi Perkuliahan Difusi Inovasi Unsur-Unsur Difusi. [Online] Tersedia:http://www.imadiklus.com/2012/04/materi-perkuliahan-difusi-inovasi-unsur-unsur-difusi.html. (26 September 2012)
2012. Kasus Keberhasilan Kegagalan Difusi. [Online] Tersedia: http://1ptk.blogspot.com/2012/06/kasus-keberhasilan-kegagalan-difusi.html. (26 September 2012).


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

persamaan dan perbedaan antara etika,moral dan akhlak





selamat berjumpa kembali para penggemar setia blogger ,kali ini saya akan share tentang perbedaan dan persamaan etika,moral dan akhlak ,tanpa berbasa-basi langsung saja dibaca ataupun dicopy paste untuk dipelajari lebih lanjut,,,

 





BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
pentingnya akhlak, etika dan moral. Ketiganya adalah hal yang sangat penting karena telah mencakup segala pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk.
Timbulnya kesadaran serta pendirian Akhlak, etika dan moral merupakan pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup yang selalu berpegang teguh pada akhlak, etika dan moral adalah tindakan yang tepat dalam mewujudkan terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak sesuai dengan akhlak, etika dan moral yang baik merupakan tindakan yang menentang kesadaran tersebut. Sebagai generasi penerus kita harus selalu berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya kehidupan yang rukun dan damai.
Untuk itu pada makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai pengertian, sumber-sumber serta macam-macam akhlak, etika dan moral.
B.Tujuan
1.       Untuk mengetahui tentang macam-macam etika,moral dan akhlak
2.       Untuk mengetahui apa yang menjadi sumber akhlak,moral dan etika
3.       Untuk menegtahui pengertian akhlak,moral dan etika
4.       Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan etika ,moral dan akhlak
C.Rumusan Masalah
1.       Pengertian akhlak,moral dan etika
2.       Macam-macam etika,moral dan akhlak
3.       Apa yang menjadi sumber akhlak,moral dan etika
4.       Perbedaan dan persamaan etika,moral dan akhlak








BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Etika,Moral dan Akhlak
1.       Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan. Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti: adat istiadat Sebagai cabang dari filsafat, maka etika berangkat dari kesimpulan logis dan rasio guna untuk menetapkan ukuran yang sama dan disepakati mengenai sesuatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah dan pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan. Etika dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenal gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenal tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

2.       Pengertian Moral
Secara bahasa moral berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup. Moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. moral juga merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
Contoh :
Perbuatan itu bermoral
Sesuai dengan norma Etika

3.       Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “Akhlak” yang merupakan bentuk jamak dari “Khuluq”. Secara bahasa “akhlak” berarti budi pekerti, tabi’at, watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.Secara istilah, akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
a.          Prof. Sr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Artinya, segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
b.          Sementara itu Ibnu Maskawih mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
c.           Sedangkan Al-Ghazali memberikan definisi, akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.


Dari definisi-definisi tersebut ada kesamaan dalam hal ini :
a.    Akhlak berpangkal pada hati, jiwa atau kehendak, kemudian
b.    Diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
B.Macam-macam Moral,Etika, dan Akhlak
a)       Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis itu sama halnya dengan berbicara tentang moral. Manusia disebut etis karena manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara ssebagai makhluk dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika yaitu sebagai berikut:
Ø  Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Ø  Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Ø  Etika metaetika

Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang diungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus, antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya.

b)       Macam- macam moral
Ø  Moral keagamaan
Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Ø  Moral sekuler
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
c)        Macam-macam akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang sidiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan akhlak setan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Ø  Akhlak baik (al-akhlaqul mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
Ø  Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul madzmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan ,sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
C. Sumber dari Akhlak, Etika dan Moral.
Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana konsep etika dan moral. Dan bukan karena baik dan buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan muktazilah.Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Quran memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaan-Nya (QS. Arrum: 30). Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan linngkungan. Oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Fitrah hanyalah potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan.Semua keputusan syara’ tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt. Demikian juga dengan akal pikiran, Ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertututp dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh perilaku tercela tidak bisa dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang dapat dijadikan ukuran.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat.Mengenai istilah akhlak, etika dan moral dapat dilihat perbedaannya dari objeknya, dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama manusia, sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya teosentris, meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makhluk-makhluk lain, namun tujuan utamanya karena Allah swt. Tetapi istilah etika dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja. Karena itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
D.Persamaan dan Perbedaan Antara Etika,Moral dan Akhlak
·         Persamaan   
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral  yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
v  Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
v  Kedua, akhlak, etika, moral  merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
v  Ketiga, akhlak, etika, moral  seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
·         Perbedaan
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila sebagaimana diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang dimaksud:
v  Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.


 








BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Sedangkan etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan. Dan jika moral adalah suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.Yang menjadi sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-Quran dan sunah. Jika dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat.
Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu: akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Jika etika terbagi menjadi tiga macam, yaitu: etika deskriptif, etika normatif dan etika metaetika. Sedangkan moral terbagi menjadi moral keagamaan dan moral sekuler.


B.Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu dan meningkatkan etika,moral dan akhlak kita semua dalam berbagai pihak dan tentunya menuju yang lebih baik dari yang biasanya.
Diupayakan untuk seluruh masyarakat yang berkaitan dengan bidang pendidikan agar tetap selalu meningkatkan etika,moral dan akhlaknya dalam melakukan sesuatu agar dapat menuju masyarakat yang madani dan menuju suatu perubahan yang lebih baik tentunya.








DAFTAR PUSTAKA



Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. (Yogyakarta: LPPI. 2007). Cet. 9.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Rajawali Pers. 2009).
Mahjuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Kalam Mulia. 1991).
Haris, Abd. Etika Hamka. (Yogyakarta: Elkis. 2010). Cet. I.
http://edankedeadrose.blogspot.com/2011/11/persamaan-perbedaan-antara-akhlak-etika.html


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS